Dalam Hati Aku Berdoa, agar Keadaan Ayah Tidak Bertambah Buruk



Dalam Hati Aku Berdoa, agar Keadaan Ayah Tidak Bertambah Buruk

 
ini foto ayah kesayanganku 
 

Aku memutuskan untuk menulis karena menulis membuat aku lebih 'bawel' saat menulis. Tulisan ini berisi pengalamanku  pribadi yang sedang berusaha besahabat dengan cobaan hidup.
Kehidupan itu memang unik. Hari ini kita bahagia, namun tidak ada yang tahu apabila besok kita bersedih. Pepatah lama mengatakan bahwa hidup seperti roda berputar. Ada kalanya kita di atas, ada kalanya kita dibawah. Semua pepatah lama yang bijaksana hanya sekedar kubaca dan kusetujui dalam hati, tanpa pernah kuresapi kesungguhan maknanya.

Di suatu hari yang cerah 1 bulan yang lalu, saat aku sedang berada di sekolah pada saat itu ,aku tiba-tiba mendapatkan telepon dari ibuku  yang mengabarkan bahwa ayahku masuk rumah sakit untuk ke dua kalinya. dalam hati, aku sembunyikan perasaan takut yang mulai menjalar ke seluruh tubuh tanpa aku suruh air mata perlahan mulai turun membasahi pipiku dengan perasaan yang tidak karuan .pada saat bel sekolah berbunyi, aku bergegas mengambil sepedaku dan pulang untuk mandi dan berberes rumah setelah itu aku akan ke rumah sakit dimana ayah di rawat saat itu. Sepanjang perjalanan, aku berdoa semoga ayah baik-baik saja,

Sesampainya aku di sana, aku segera berlari mencari ruangan yang di tempati ayah sambil menahan tangis, dimana aku melihat keluargaku sudah berkumpul. Ibuku tampak habis menangis.

"Hai ayah" sapa saya.

aku meliht ayah terbaring lemas di tempat tidur dan badannya semakin kurus, aku berbohong apabila aku berkata aku tidak ingin menangis tepat saat itu juga. Beberapa hari setelah ayah di rawat keadaannya semakin membaik dan diperbolehkan pulang oleh dokter, betapa senangnya aku mendengar kabar itu, tetapi beberapa hari dirumah keadaan ayah semakin memburuk, badannya bertambah kurus dan aku teringat perkataan ibu kalau ayah pernah terkena penyakit ginjal waktu kakak.ku kecil, mengingat hal itu membuat pikiran saya semakin tidak karuan.

Akhirnya saya mengantar ayah ke sebuah klinik (penyakit dalam) di sidoarjo sore itu bersama ibu, saya mengantri dari jam 4 sore hingga jam 8 malam baru ayah masuk kedalam untuk di priksa di temani ibu, saya hanya menunggu dengan perasaan yang tak karuan, dalam hati saya berdoa “ jangan ambil ayahku ya allah”, beberapa menit berlalu akhirnya ayah keluar bersama ibu, ibu bilang bahwa dokter menyuruh ayah untuk tes darah agar tau penyakitnya, dan disuruh kembali ke klinik itu hari seninnya 
 
besoknya tepatnya hari minggu  saya dan ayah ke salah satu laboratorium  di sidoarjo itu untuk tes darah, sesampainya saya di salah satu laboratorium itu saya langsung mendaftar dan setelah saya sudah mendaftar ayah masuk ke ruangan untuk di tes darah, saya menunggu di ruang tunggu  sambil berharap ayah baik-baik saja, setelah beberapa jam menunggu akhirnya hasil tes itu keluar, dan apa yang aku takutkan benar2 terjadi ayahku terkena penyakit ginjal, akhirnya aku dan ayah pulang, di perjalanan pulang fikiranku sungguh kacau, sesampainya dirumah aku langsung memasuki kamarku, air mata yang aku tahan sejak tadi mulai membasahi pipiku, aku takut ayah meninggalkanku.
 
Keesokan harinya setelah aku bangun tidur aku melihat ayah sedang tertidur pulas di kamarnya, aku memperhatikan nafas beliau aku takut ayah tiba-tiba tidak bernafas lagi, aku lega ayah masih bernafas, akhirnya akupun beranjak ke kamar mandi untuk mandi dan berkemas ke sekolah
Sesampainya aku di sekolah aku bertemu sahabat-sahabatku, aku mencoba bercerita pada mereka tentang penyakit ayahku, dan salah satu temanku berkata kalau seseorang yang terkena penyakit ginjal apalagi sampai cuci darah kemungkinan untuk sembuh sangatlah kecil
Saat aku mendengar itu  aku sangat takut, aku takut ayah meninggalkanku aku terus berdoa agar ayah sembuh, aku masih ingin membahagiakan beliau dengan ibu , fikiranku sangat kacau saat itu, aku hanya ingin pulang dan melihat keadaan ayah 

Akhirnya bell pulang berbunyi akupun bergegas pulang, sesampainya aku dirumah akupun langsung disuruh ibu mandi setelah itu mengantar ayah ke klinik lagi, sesampainya aku keklinik seperti biasa aku dan ayah menunggu antrian, aku memandang wajah ayah sangat pucat kala itu, aku sangat takut aku berharap ayah bisa sembuh, setelah cukup lama aku menunggu akhirnya ayah di panggil memasuki ruang priksa, aku menunggu ayah sambil berharap penyakit ginyal ayah tidak parah, aku takut jika ayah sampai melakukan cuci darah, setelah 20 menit aku menunggu ayah akhirnya keluar dan alhamdulilahnya allah mengabulkan doaku ayahku tidak sampai cuci darah
Setelah dari klinik tersebut kondisi ayah semakin hari semakin membaik, dan badannya sudah mulai isi, beliau sudah bisa beraktifitas meskipun ayah belum sepenuhnya sembuh dan ayah harus melakukan cek up setiap bulan di klinik tersebut
Jika suatu hari nanti kiki sudah kerja, kiki janji akan ngelakuin apapun agar ayah bisa sembuh, aku sayang ayah

Komentar